Marhaban ya Ramadlan, kembali pada yang fitrah. Tamu itu akhirnya datang kembali untuk mengetuk dan menemani hari-hari kita. Ketika bulan Ramadlan, umat Islam diwajibkan melaksanakan ibadah puasa dan mempernanyak amal sholeh. Sebagaimana Ramadlan yang telah dilakukan sebelumnya, aktivitas keagamaan di Ramadlan ini akan terlihat ramai dengan berbagai aktivitas. 

Dengan meningkatnya aktivitas keagamaan, semakin meningkat pula kualitas dan kuantitas tindak kejahatan dan nilai-nilai moral di berbagai kalangan masyarakat. Hampir setiap hari berita di media sosial dihiasi dengan berita kezaliman sosial dengan berbagai macam. Ironisnya, kebanyakan dari para pelaku tindak kejahatan itu mengatakan dirinya sebagai seorang muslim. 

Dalam kesempatan sekarang ini, di bulan yang penuh berkah dan ampunan kita harus menyaring kembali puasa dan aktivitas keagamaan agar puasa yang kita laksanakan benar-benar transformatif dan berfungsi terhadap perilaku sehari-hari. Ini termasuk hal yang penting karena Nabi Muhammad SAW sendiri telah memberikan peringatan bahwa "Sekian banyak orang menjalankan puasanya, akan tetapi mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga".

Ibadah puasa memang sering dikenal dengan sifatnya yang individual. Tetapi bukan berarti puasa hanya menggunakan dimensi individual dan teologis saja tanpa memperhatikan dimensi sosial. Nabi Muhammad SAW mengingatkan "Betapa banyak orang berpuasa tapi sia-sia belaka, mereka tidak memperoleh apa-apa dari ibadah puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga, lantaran mengabaikan etika sosial atau tidak memperhatikan keadaan sosial. 

Maksud hadis di atas, jika sikap mudah mendakwah, menuduh, mengklaim, memvonis, menghina, menghujat, meneror, merasa paling benar, bersikap intoleran, anarkis, yang berlawanan dengan makna transformatif dari nilai ibadah puasa dan tetap saja tumbuh dalam diri seorang muslim, puasa itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain rasa lapar dan dahaga. Itu berarti sebuah kerugian dan kekalahan, bukan keuntungan dan kemenangan. 

Ketika kualitas dan kuantitas dimensi sosial terjadi kesenjangan yang kuat, dan banyak orang yang susah merealisasikan secara sistematis dan terstruktur, melaui ibadah puasa yang transformatif umat Islam diharuskan untuk meningkatkan empati dan rasa solidaritas sosial sebagai bentuk realisasi dari pesan Nabi Muhammad SAW "Tidak berikan seseorang, jika dia tidur nyenyak karena kekenyangan, sementara tetangganya dibiarkan menggelepar kelaparan".

Puasa transformatif juga mendorong kita untuk terus intropeksi dan meningkatkan kualitas diri. Puasa transformatif tidak hanya membudayakan puasa ceremonial-formal yang biasanya dihiasi dengan menggemparnya budaya konsumerisme mengiringi buka puasa dan hari raya. Puasa transformatif juga tidak hanya menghasilkan individu yang hanya tahan lapar dan haus, tapi tanpa saya dan upaya untuk mengubah individu menjadi pribadi yang kuat dan tangguh ketika Ramadlan berlangsung. 

Puasa transformatif adalah puasa yang menjadikan kita lebih baik dan tekun lagi dalam beribadah, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berharga terhadap kaum mustadafin, bisa menciptakan kedamaian, toleransi, dan ketenangan antar umat beragama. 

Semoga Allah memberikan kelancaran kepada kita untuk menjalankan ketaatan di bulan yang suci ini, di bulan yang penuh berkah ini, dan bulan yang membawa ampunan dari Allah. 

Wallahu a’lam bi al-shawab.